Ciri-Ciri Periode Kelahiran Sastra Angkatan 66, 70, 80, dan 2000
Ciri Ciri Sastra Angkatan 66
Karya sastra masa 60-an dapat dikelompokkan ke dalam dua
kelompok. Kelompok pertama masa antara tahun 60-sebelum 66, dan kelompok kedua
tahun 60-70. Pada kurun masa pertama (60-sebelum 66), merupakan masa kejayaan
para pengarang Lekra yang bernaung dibawah panji-panji PKI. Pada masa ini
pengarang yang tidak tergabung di dalam Lekra kurang berkembang kreativitasnya
karena manifes kebudayaan yang menjadi konsepsi pemikiran dilarang. Walaupun demikian,
mereka tetap berkarya dan menghasilkan puisi-puisi yang bercorak keagamaan.
Masa 66 sampai 70 didominasi oleh karya-karya yang beraliran
realisme sosial kanan (Waluyo, 1995; 62). Termasuk di dalamnya puisi-puisi
demonstrasi Taufik Ismail, Mansur Samin, Bur Rusuanto, Slamet Sukirnanto, dll.
Pada masa ini karya sastra lebih banyak dikenal adalah karya sastra berbentuk
puisi, terutama puisi-puisi demonstrasi atau protes sosial. Dengan demikian,
dalam membicarakan ciri karya sastra, masa 60-an lebih banyak berbicara tentang
ciri puisi.
Sehubungan dengan itu, Ajip Rosidi (1991: 175), mengatakan
“Dalam periode ini, berlainan dengan dalam lapangan puisi dan esai, kita
menyaksikan munculnya penarang-pengarang yang produktif dalam lapangan
penulisan buku-buku cerpen atau roman dan drama, tetapi hampir-hampir tak ada
yang istimewa menonjol.” Selanjutnya iya menyatakan, bahwa “Buku-buku prosa
yang mejulang pada periode ini umumnya buah tangan para pengarang yang sudah
kita kenal sebelumnya.”
Berbicara tentang ciri puisi masa 60-an, Waluyo (1995:62)
menyatakan bahwa “Ciri-ciri struktur fisik puisi tersebut sama dengan puisi
periode 50-an. Karena tema protes sosial dikemukakan begitu berapi-api, maka
selogan dan retrorik sangat kuat.”
a.
Ciri-Ciri Puisi
Stuktur
Fisik
1. berbentuk balada;
2. menggunakan gaya repetisi;
3. menggunakan gaya selogan dan
retorik.
Struktur Tematik
1.
bercorak
kedaerahan;
2.
masalah
sosial; kemiskinan, penagguran, perbedaan kaya/miskin; demonstrasi; dan
3.
keagamaan.
b.
Ciri-Ciri Prosa dan Drama
Struktur
Fisik
Karya
prosa fiksi dan drama tahun 60-an masih menunjukan struktur fisik konvesional.
Seperti dikatakan oleh Sumarjo (1992: 308) “Kaidah mimesis dalam sastra masih
dipatuhi dalam penulisan sastra drama tahun1950-an dan 60-an di Indonesia.”
Hal
ini menunjukkan bahwa belum terjadi perubahan dalam hal penokohan, alur, dan
latar ceritanya. Bahkan berdasarkan catatan Sumarjo (1992:309), “Dari 55 drama
yang ada sebanyak 45 drama memasang tokoh yang jelas sekali nama, usia,
watak,dan latar belakang sosiologisnya.”
Struktur
Tematik
Prosa
fiksi dan drama tahun 60-an menunjukkan ciri-ciri tema sebagai
berikut:
1.
perjuangan
(belatar revolusi);
2.
kehidupan pelacur;
3.
sosial;
4.
kejiwaan;
5.
keagamaan.
Ciri Ciri Sastra Angkatan 70
Angkatan
ini di dominasi oleh karya sastra puisi, prosa dan drama
a.
Puisi
Struktur Fisik
1.
Puisi
bergaya mantera menggunakan sarana kepuitisan berupa: ulangan kata, frasa, atau
kalimat
2.
Puisi
konkret sebagai eksperimen
3.
Banyak
menggunakan kata-kata daerah untuk member kesan ekspresif
4.
Banyak
menggunakan permainan bunyi
5.
Gaya
penulisan yang prosaic (bersifat prosa)
6.
Menggunakan
kata yang sebelumnya tabuh
Struktur Temantik
1.
Kesadaran
aspek bahwa manusia merupakan subjek dan bukan objek pembangunan
2.
Banyak
mengungkapkan kehidupan batin religius
3.
Cerita
dan pelukisan bersifat alegoris atau parabel
4.
Perjuangan
hak-hak asasi manusia: kebebasan, persamaan, pemerataan, dan terhindar dari
pencemaran teknologi modern
5.
Kritik
sosial terhadap sikuat yang bertindak sewenang-wenang terhadap mereka yang
lemah.
6.
Kritik
sosial terhadap sikuat yang bertindak sewenang-wenang terhadap mereka yang
lemah.
b.
Prosa dan Drama
Sturktur Fisik
1.
Melepaskan
ciri konfesional menggunakan pola sastra “absurd” dalam tema dan alur serta
tokoh maupun latar
2.
Menampakan
ciri latar kedaerahan “warna lokal”
Struktur Temantik
1.
Sosial:
politik, kemiskinan, dll.
2.
Kejiwaan
dan Metafisik
Ciri-Ciri Sastra Angkatan 80
1.
Puisi
yang di hasilkan bercorak spiritualreligius. Misalnya : Kubakar Cintaku Karya
Emba Ainun Najib.
2.
Pada
sajak cenderung mengangkat tema tentang ketuhanan dan mistikisme.
3.
Para
sastrawan menggunakan konsep improvisasi.
4.
Karya
sastra yang dihasilkan mengangkat masalah konsep kehidupan sosial masyarakat
yang memuat kritik sosial, politik, dan budaya.
5.
Menuntut
hak asasi manusia, seperti kebebasan.
6.
Bahasa
yang digunakan realistis, bahasa yang ada dimasyarakat dan romantis.
7.
Dalam
karya sastra terdapat konsepsi pembebasan kata dari pengertian aslinya.
8.
Mulai
menguat pengaruh dari budaya barat, dimana tokoh utama biasanya mempunyai
konflik dengan pemikiran timur.
9.
Didominasi
oleh roman percintaan
10. Novel
yang dihasilkan mendapat pengaruh kuat dari budaya barat, dimana tokuh utama
mempunyai konflik dengan pemikiran timur dan mengalahkan tokoh antagonisnya.
Ciri-Ciri Sastra Angkatan 2000
1.
Menggunakan
kata-kata maupun frase yang bermakna kontatif (makna yang mempunyai
hubungan/kaitan)
2.
Banyak
menyindir keadaan sekitar baik sosial, budaya, politik, atau lingkungan.
3.
Revolusi
tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan kecenderungan ke puisi konkret
yang disebut antromofisme.
4.
Kritik
sosial muncul lebih keras.
5.
Penggunaan
estetika baru.
6.
Karya
senderung vulgar.
7.
Mulai
muncul fiksi fiksi islami.
8.
Munculnya
cyber sastra di internet.
9.
Ciri
ciri bahasa diambil dari bahasa sehari-hari yaitu kerakyatjelataan.
10. Karya
sastra pada angkatan ini mulai berani muncul karya sastra yang cenderung berbau
vulgar dan kebanyakan mengadopsi begitu saja moral pergaulan bebas ala amerika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar