Jumat, 11 Desember 2015

Ciri-Ciri Periode Kelahiran Sastra Angkatan 66, 70, 80, dan 2000
Ciri Ciri Sastra Angkatan 66
Karya sastra masa 60-an dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama masa antara tahun 60-sebelum 66, dan kelompok kedua tahun 60-70. Pada kurun masa pertama (60-sebelum 66), merupakan masa kejayaan para pengarang Lekra yang bernaung dibawah panji-panji PKI. Pada masa ini pengarang yang tidak tergabung di dalam Lekra kurang berkembang kreativitasnya karena manifes kebudayaan yang menjadi konsepsi pemikiran dilarang. Walaupun demikian, mereka tetap berkarya dan menghasilkan puisi-puisi yang bercorak keagamaan.
Masa 66 sampai 70 didominasi oleh karya-karya yang beraliran realisme sosial kanan (Waluyo, 1995; 62). Termasuk di dalamnya puisi-puisi demonstrasi Taufik Ismail, Mansur Samin, Bur Rusuanto, Slamet Sukirnanto, dll. Pada masa ini karya sastra lebih banyak dikenal adalah karya sastra berbentuk puisi, terutama puisi-puisi demonstrasi atau protes sosial. Dengan demikian, dalam membicarakan ciri karya sastra, masa 60-an lebih banyak berbicara tentang ciri puisi.
Sehubungan dengan itu, Ajip Rosidi (1991: 175), mengatakan “Dalam periode ini, berlainan dengan dalam lapangan puisi dan esai, kita menyaksikan munculnya penarang-pengarang yang produktif dalam lapangan penulisan buku-buku cerpen atau roman dan drama, tetapi hampir-hampir tak ada yang istimewa menonjol.” Selanjutnya iya menyatakan, bahwa “Buku-buku prosa yang mejulang pada periode ini umumnya buah tangan para pengarang yang sudah kita kenal sebelumnya.”
Berbicara tentang ciri puisi masa 60-an, Waluyo (1995:62) menyatakan bahwa “Ciri-ciri struktur fisik puisi tersebut sama dengan puisi periode 50-an. Karena tema protes sosial dikemukakan begitu berapi-api, maka selogan dan retrorik sangat kuat.”
a.    Ciri-Ciri Puisi
Stuktur Fisik
1.    berbentuk balada;
2.     menggunakan gaya repetisi;
3.    menggunakan gaya selogan dan retorik.
Struktur  Tematik
1.    bercorak kedaerahan;
2.    masalah sosial; kemiskinan, penagguran, perbedaan kaya/miskin; demonstrasi; dan
3.     keagamaan.
b.    Ciri-Ciri Prosa dan Drama
Struktur Fisik
       Karya prosa fiksi dan drama tahun 60-an masih menunjukan struktur fisik konvesional. Seperti dikatakan oleh Sumarjo (1992: 308) “Kaidah mimesis dalam sastra masih dipatuhi dalam penulisan sastra drama tahun1950-an dan 60-an di Indonesia.”
       Hal ini menunjukkan bahwa belum terjadi perubahan dalam hal penokohan, alur, dan latar ceritanya. Bahkan berdasarkan catatan Sumarjo (1992:309), “Dari 55 drama yang ada sebanyak 45 drama memasang tokoh yang jelas sekali nama, usia, watak,dan latar belakang sosiologisnya.”
Struktur Tematik
Prosa fiksi dan drama tahun 60-an menunjukkan ciri-ciri tema  sebagai berikut:
1.    perjuangan (belatar revolusi);
2.     kehidupan pelacur;
3.     sosial;
4.    kejiwaan;
5.    keagamaan.




Ciri Ciri Sastra Angkatan 70
Angkatan ini di dominasi oleh karya sastra puisi, prosa dan drama
a.      Puisi
Struktur Fisik
1.      Puisi bergaya mantera menggunakan sarana kepuitisan berupa: ulangan kata, frasa, atau kalimat
2.      Puisi konkret sebagai eksperimen
3.      Banyak menggunakan kata-kata daerah untuk member kesan ekspresif
4.      Banyak menggunakan permainan bunyi
5.      Gaya penulisan yang prosaic (bersifat prosa)
6.      Menggunakan kata yang sebelumnya tabuh
Struktur Temantik
1.      Kesadaran aspek bahwa manusia merupakan subjek dan bukan objek pembangunan
2.      Banyak mengungkapkan kehidupan batin religius
3.      Cerita dan pelukisan bersifat alegoris atau parabel
4.      Perjuangan hak-hak asasi manusia: kebebasan, persamaan, pemerataan, dan terhindar dari pencemaran teknologi modern
5.      Kritik sosial terhadap sikuat yang bertindak sewenang-wenang terhadap mereka yang lemah.
6.      Kritik sosial terhadap sikuat yang bertindak sewenang-wenang terhadap mereka yang lemah.
b.      Prosa dan Drama
Sturktur Fisik
1.      Melepaskan ciri konfesional menggunakan pola sastra “absurd” dalam tema dan alur serta tokoh maupun latar
2.      Menampakan ciri latar kedaerahan “warna lokal”
Struktur Temantik
1.      Sosial: politik, kemiskinan, dll.
2.      Kejiwaan dan Metafisik

Ciri-Ciri Sastra Angkatan 80
1.      Puisi yang di hasilkan bercorak spiritualreligius. Misalnya : Kubakar Cintaku Karya Emba Ainun Najib.
2.      Pada sajak cenderung mengangkat tema tentang ketuhanan dan mistikisme.
3.      Para sastrawan menggunakan konsep improvisasi.
4.      Karya sastra yang dihasilkan mengangkat masalah konsep kehidupan sosial masyarakat yang memuat kritik sosial, politik, dan budaya.
5.      Menuntut hak asasi manusia, seperti kebebasan.
6.      Bahasa yang digunakan realistis, bahasa yang ada dimasyarakat dan romantis.
7.      Dalam karya sastra terdapat konsepsi pembebasan kata dari pengertian aslinya.
8.      Mulai menguat pengaruh dari budaya barat, dimana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.
9.      Didominasi oleh roman percintaan
10. Novel yang dihasilkan mendapat pengaruh kuat dari budaya barat, dimana tokuh utama mempunyai konflik dengan pemikiran timur dan mengalahkan tokoh antagonisnya.
Ciri-Ciri Sastra Angkatan 2000
1.      Menggunakan kata-kata maupun frase yang bermakna kontatif (makna yang mempunyai hubungan/kaitan)
2.      Banyak menyindir keadaan sekitar baik sosial, budaya, politik, atau lingkungan.
3.      Revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan kecenderungan ke puisi konkret yang disebut antromofisme.
4.      Kritik sosial muncul lebih keras.
5.      Penggunaan estetika baru.
6.      Karya senderung vulgar.
7.      Mulai muncul fiksi fiksi islami.
8.      Munculnya cyber sastra di internet.
9.      Ciri ciri bahasa diambil dari bahasa sehari-hari yaitu kerakyatjelataan.

10.  Karya sastra pada angkatan ini mulai berani muncul karya sastra yang cenderung berbau vulgar dan kebanyakan mengadopsi begitu saja moral pergaulan bebas ala amerika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar